Artha Meris Simbolon Maleena berbagi Kasih untuk Panti Asuhan Vincentius Putra dan Lapas Tangerang

Artha Meris Simbolon yang juga dikenal dengan nama Maleena, penyanyi bergenre gospel pop, mendedikasikan seluruh hasil penjualan cakram dari album perdananya yang bertajuk Maria Magdalena untuk anak-anak Panti Asuhan Vincentius, Jakarta Pusat.

Penghujung Oktober 2017, Maleena meluncurkan album pop rohani di Soehanna Hall, The Energy Building, kawasan SCBD, Jakarta Pusat. Album ini merupakan buah dari pengalamannya berjalan bersama Tuhan. Maleena adalah individu yang lahir di keluarga yang cukup mapan dari segi ekonomi. Sejak remaja, ia sudah dipersiapkan oleh orang tuanya untuk mengembangkan sayap perusahaan di bawah grup Parna Raya.

Keseriusan disertai tanggung jawab yang tinggi dalam mengelola perusahaan membuat Maleena malah semakin jauh dengan keluarga, terlebih dengan putrinya.

Saya memegang beberapa perusahaan meski masih belia. Lantaran tersandung kasus, semua yang saya miliki seakan sirna. Namun, Tuhan selalu menemani dan mencintai saya.

Tuhan selalu Menemani

Maleena harus menghadapi kasus yang tidak pernah ia bayangkan sebelumnya. Ia harus bolak-balik dipanggil Komisi Pemberantasan Korupsi menjadi saksi kasus SKK Migas. Namun, setelah 10 jam pemeriksaan, kurang lebih pukul 21.00 tanggal 26 Juni 2014 statusnya berubah menjadi tersangka.

Langkah saya begitu berat. Hati saya sesak menerima keputusan itu. Namun, saya berusaha tegar. Saya tidak mau orang-orang terdekat sedih dengan dakwaan itu. “Bagaimana keluarga kita Meris?” tanya kakak saya sambil menangis, sementara saya hanya terdiam.

Saat saya diputuskan bersalah dan harus ditahan, di tengah tangisan keluarga saya dan kemarahan di kepala ini, kakak saya menitipkan alkitab. Wah, kado terindah dalam hidup saya. Bayangkan, jujur saja, selama menjadi pimpinan perusahaan, saya sangat jarang membaca alkitab.

Selama menjalankan masa tahanan di KPK, saya semakin intens berdoa, pagi, siang, malam. Saya membuat buku doa dan lagu, membaca alkitab dan buku renungan yang dibawa oleh para pastor.

Tangan Tuhan Luar Biasa

Kerinduan saya untuk semakin dekat dengan Tuhan membawa saya mengalami betapa tangan Tuhan luar biasa. KPK mengizinkan misa setiap hari Minggu pagi. Terima kasih Tuhan, karena hal ini tidak pernah terjadi sebelumnya. Saat Misa, saya juga memiliki kesempatan bertemu dengan putri saya karena pada hari kunjungan biasa (Senin dan Kamis) putri saya bersekolah. Sungguh berkat yang luar biasa bagi saya.

Di suatu sidang menjelang akhir, saya mendapatkan berkat, dimana dua orang Bapa Uskup mendatangi saya sebelum sidang. Sungguh hal yang luar biasa diberikan tanda oleh Tuhan: “Meris, tenanglah saya selalu bersamamu, mendampingimu”.

Bimbingan Tuhan semakin jelas dalam hidup saya. Saya mengakui banyak dosa. Saya belajar melepaskan pengampunan. Hari-hari saya lewati dengan membaca dan merenungkan firman Tuhan, hingga nada-nada baru keluar begitu saja untuk mengagungkan keagungan Tuhan.

Saya buat tanda kemenangan Tanda Salib dan kudaraskan doa Rosario karena saya percaya dengan pendampingan Tuhan, Ia pasti akan memberikan yang terbaik menurut kehendak-Nya.

Berjalan Bersama Tuhan adalah Keputusan Paling Tepat dalam Hidup ini

Tiba saatnya saya dipindahkan ke Lapas Wanita Klas IIA Tangerang pada akhir Desember 2014. Saya diantar oleh ibu, kakak dan beberapa pengacara saya.

Di lapas itu, saya ditempatkan di sel isolasi – suatu ruangan bersama tempat para warga binaan baru untuk menjalani masa tahanannya. Saya merasakan hidup begitu sepi, pengap, bahkan keceriaan orang di sekitar seperti kegaduhan di telinga saya.

Di sini saya semakin dekat dengan Tuhan. Saya semakin rajin berdoa. Puji Tuhan. Pihak lapas mengabulkan permohonan kami untuk merayakan misa mingguan setiap Jumat pukul 14.00-selesai.

Di situasi sulit apapun, Tuhan tidak akan pernah meninggalkan kita

Selama beraktifitas iman di lapas ini sayapun ternyata bisa diterima , bahkan saya punya anak rohani sampai ia menerima sakramen pembaptisan, ia adalah Merry Utami. Ia adalah teman tahanan kami di lapas klas IIA Tangerang dengan vonis hukuman mati  sebagai kurir narkoba heroin 1kg. Ia adalah seorang Katholik yang belum dibaptis, 13 tahun ia merindukan untuk dibaptis hingga suatu ketika ia meminta saya untuk menjadi ibu rohaninya, saya pun galau, apakah saya sanggup buat menjadi ibu rohani? Siapakah saya ini, Tuhan? link lagu Siapakah Aku ini Tuhan?

Dengan dukungan dari ibu saya dan bimbingan Romo Deddie saya menjadi  ibu rohaninya.  Nama baptisnya Geralda Maria Merry Utami.

“Ya Tuhan, ini anak rohaniku, baru dia ya Tuhan, kenapa begitu cepat akan Engkau panggil dia”.

Keintiman bersama Tuhan melahirkan Sukacita dan Rangka Mujizat

Kami berkumpul, berdoa, mendaraskan permohonan untuk keselamatan Merry Utami, hingga tiba waktunya hari “H” tidak ada perubahan status dan kabar, Merry masih diisolasi di LP Nusa Kambangan. Kami sudah lelah semua saat itu, tapi saya masih yakin Tuhan pasti akan memberikan sampai pada detik terakhir, “Saya percaya pada kuasa-Mu ya Tuhan dan kami mohon Engkau selamatkan serta bebaskan ia ya Tuhan Allahku” itu yang saya jeritkan.

Hingga pada jumat dini hari tanggal 29 Juli 2016 mujizat itu terjadi, pada detik-detik terakhir di dini hari itu Merry Utami tidak termasuk dalam tahanan yang dieksekusi. Kabar itu sontak menjadi sukacita bagi saya dan teman-teman doa di lapas, kami meluapkan sukacita sambil mengadakan syukuran pada Jumat paginya.

“Bagi Tuhan Tak Ada Yang Mustahil”.

Ayub 5: 9 “Ia melakukan perbuatan-perbuatan yang besar dan yang tak terduga, serta keajaiban-keajaiban yang tak terbilang banyaknya”.

Pada masa advent saya bernazar dalam hati ingin membuat Natal yang indah, karena tahun ini adalah Natal terakhir dalam lapas. Saya meminta siapa tahu Bapa Uskup bisa memberikan kami misa Natal ya, dan ternyata bener-benar tangan Tuhan bekerja, pada tanggal 27 Desember 2016, kami keluarga besar umat Kristiani Lapas wanita klas IIA Tangerang dapat merayakan misa Natal dipimpin oleh Bapa Uskup Agung Jakarta Mgr. Ignasius Suharyo Pr, sekretaris Uskup Romo Adi Prasojo dan tujuh orang imam. Sungguh sangat luar biasa dan meriah.

Saya menghitung hari kebebasan, karena dengan masuknya tahun baru Januari 2017 maka masa tahanan saya tinggal 6 bulan lagi, sebenarnya bukan “tinggal” tapi “masih” , karena 6 bulan itu bukanlah sebentar.

Saya terus berdoa dan berserah diri kepada Tuhan. Saya sudah berdamai dengan keadaan saya. Saya tenggelam dalam pelayanan.  Bulan Februari 2017, saya mengarang lagu “Yesus Pegang Erat Tanganku”.

Wow luar biasa bukti kekuatan dari doa , kepercayaan serta mujizat dari Tuhan.

Kembali ke titik nol, pada bulan Maret 2017, sebagai manusia yang bebas murni dan kini terus berusaha setia memuliakan Tuhan untuk selamanya.

Saya begitu menikmati anugrah dan kekuatan Tuhan. Sampai detik ini pun saya ada, itu semata-mata hanya karena kebaikan Tuhan.

Rasa Syukur adalah Persembahan Termulia

Sebagai rasa syukur kebebasan dan untuk memenuhi niat saya waktu di lapas, album Maria Magdalena ini saya persembahkan untuk kemulianNya. Saya ingin membaktikan diri dan talenta yang telah Tuhan berikan untuk karya pelayanan.

Sembilan lagu di dalam album Maria Magdalena ini saya tulis ketika saya berada di balik jeruji. Lewat album ini saya ingin berbagi cinta Tuhan. Saya persembahkan seluruh hasil penjualannya untuk mendukung aktifitas anak-anak Pantai Asuhan Vincentius Putra dan keluarga binaan di Lapas Perempuan.

Biarlah, apa yang saya persembahkan ini dapat menguatkan dan kiranya cinta Tuhan terus melingkupi setiap langkah hidup kita semua. Amin.

Terhubung dengan Maleena

Like n Follow FB Page: Maleena Music

Follow Instagram: Maleena_Music

Follow Twitter: MaleenaMusic

Subscribe Youtube : Maleena Music