Kerangka Teoretik: Penelitian dan Pengembangan Model Pembelajaran Online

Kerangka Teoretik

Bagian ini akan membahas literatur yang berkaitan dengan penelitian dan pengembangan ini. Secara khusus, bagian ini akan membahas tentang konsep-konsep yang berkaitan dengan metode pembelajaran online, tujuan pendidikan lingkungan hidup, karakteristik siswa calon pengguna blog pembelajaran, dan prinsip-prinsip ekologi dasar.
C.1. Pembelajaran online
Pembelajaran ditujukan baik untuk siswa maupun guru. Namun sebagai guru, kita harus memperhatikan peserta didik kita. Inilah arah yang dituju oleh teori konstruktivisme. Teori yang berpusat pada siswa ini menyebutkan bahwa pembelajaran harus mempertimbangkan keunikan peserta belajar yang sudah melekat pada mereka seperti pengetahuan, keterampilan, sikap dan kepercayaan. (Swanke)
Lebih spesifik, dengan merujuk kepada Madden (1999) yang mengajukan 17 elemen yang harus ada di dalam pembelajaran online adalah sebagai berikut:

1. Pengantar pelajaran harus dibuat secara online dan berkelanjutan. Hampir semua pengguna atau peserta online course akan merasa tertarik dan akan mendaftarkan dirinya (atau emailnya) jika mereka dapat mengakses semua silabus dari online course tersebut dan mengetahui cara berkomunikasi dengan instruktur yang mengelola atau bertugas di online course tersebut. Oleh karena itu, sebuah blog pembelajaran harus memuat tujuan pembelajaran.

2. Harus memiliki peta atau navigasi yang berisi tentang isi dari blog pembelajaran. Peta atau navigasi ini harus ada di setiap halaman blog untuk memudahkan siswa atau pengguna blog menelusuri isi blog atau untuk mengetahui keberadaan si pengguna tersebut di blog pembelajaran. Kebanyakan elemen ini dijewantahkan dalam bentuk daftar isi di blog pembelajaran yang sudah ada, contohnya pada www.rumahbelajar.net yang dikelola oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.

3. Silabus harus ada di dalam blog pembelajaran dan setidaknya memuat: jumlah dan judul pelajaran, nama instruktur dan alamat e-mail, kantor instruktur atau alamat website (jika ada), jam kerja instruktur dan nomor telpon, tanggal dimulainya pelajaran, lama belajar, waktu yang diharapkan untuk siswa dapat terlibat di dalam pembelajaran, buku teks dan materi lainnya yang diperlukan untuk mengikuti pelajaran online, rancangan format pembelajaran dan penjelasan singkat atau latihan dengan menggunakan alat bantu navigasi, penjelasan singkat tentang isi pelajaran, rencana evaluasi dan jadwal ujian dan kegiatan, penjelasan tentang bentuk partisipasi siswa dan instruktur yang diharapkan, dan daftar siswa dalam satu kelas dan penjelasan tentang alat komunikasi online secara kelompok (kelas) dan secara individual.

4. Materi harus atraktif. Materi dalam pembelajaran online buka sekedar teks dan gambar yang tertata rapi, namun materi harus menarik secara grafis.

5. Harus ada tautan ke situs lainnya. Tautan yang ada di dalam blog pembelajaran harus juga memuat penjelasan singkat tentang tautan.

6. Secara mekanis, pembelajaran harus dapat berfungsi secara maksimal. Semua tautan yang ada di dalam blog pembelajaran harus benar-benar dapat berfungsi. Tautan tersebut juga sebaiknya direpresentasikan dengan gambar atau icon. Oleh karena itu, sebaiknya mengujicoba setiap tautan yang dimuat di dalam blog pembelajaran.

7. Materi yang disampaikan di dalam blog pembelajaran harus sesuai dengan pelajaran yang diberikan. 
sampai
17. [ada pada versi full].

Beberapa penelitian menemukan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara pembelajaran secara tradisional dengan pembelajaran secara online dari segi nilai dan pencapaian belajar (Carr, 2000; Hiltz, 1997; Lim, 2002; McKissack, 1997; Relan & Gillani, 1997; Rivera, McAlister, & Rice, 2002; Russell, 1999; Spooner, Jordan, Algozzine, & Spooner, 1999).

Berbeda dengan itu, peneliti lainnya menemukan bahwa siswa yang mendapatkan pembelajaran secara online mendapatkan nilai yang lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang mendapatkan materi secara tradisional (Bartlett, 1997; Bothun, 1998; Heines & Hulse, 1996; Koch, 1998; Tucker, 2001).

Berdasarkan dua pertentangan ini, maka validitas dari suatu penelitian harus diperhatikan secara maksimal.

Sebuah penelitian lainnya yang dilakukan terhadap guru-guru praktek di Turki menunjukkan bahwa model pembelajaran visual untuk pemahaman pemanasan global dapat meningkatkan pengetahuan guru (Bozdogan, 2011).

Penelitian lain menekankan pentingnya strategi dan metode pembelajaran untuk menghindari terjadinya kesalahan (miskonsepsi) pengetahuan, sikap dan nilai-nilai yang berkaitan dengan lingkungan hidup (Dienno & Hilton, 2005) dan strategi pembelajaran yang berpusat pada siswa lebih diperlukan daripada strategi pembelajaran tradisional (Demirkaya, 2009; Pekel, 2005; Andersson & Wallin, 2000; Kapyla & Wahlstrom, 2000 pada Bozdogan, 2011).

Hasil penelitian menekankan bahwa pengalaman belajar di lingkungan alam (outdoor) sangat penting dalam mengembangkan pengetahuan, sikap dan tanggung jawab siswa terhadap lingkungannya (Ballantyne & Uzzell, 1994; Ballantyne Connell & Fien, 1998; Ballantyne, Fien & Packer, 2001a, 2001b; Ballantyne & Packer, 2002; Bogner, 1998; Lai, 1999; Rickinson, 2001; Tanner, 2001 pada Roy Ballantyne & Packer)
Environmental education research strongly suggests that learning experiences in the natural environment are extremely important in developing students’ environmental knowledge, attitudes and responsible actions

Banyak penelitian lainnya yang menyatakan bahwa pada awalnya siswa belajar lingkungan mulai dari lingkungan di sekitarnya lalu bergerak ke lingkungan yang lebih luas atau yang disebut dengan ‘place centered education’ Lebih lanjut, hasil penelitian ini merekomendasikan pentingnya pengalaman di luar ruangan dan pendamping orang dewasa, khususnya untuk anak-anak SMP (pada Roy Ballantyne & Packer)

Setidaknya ada 5 sasaran yang ingin dicapai oleh pendidikan lingkungan hidup, yaitu:

  • Pendidikan Lingkungan Hidup harus diberikan kepada semua jenjang pendidikan.
  • Pendidikan Lingkungan Hidup harus berdasarkan temuan penelitian terkini. Hasil penelitian tersebut harus disampaikan kepada siswa.
  • Pendidikan Lingkungan Hidup harus memberikan pengetahuan yang cukup agar dapat merangsang siswa untuk bertindak.
  • Pendidikan Lingkungan Hidup harus berorientasi ke lingkungan sekitar, namun perhatian kepada lingkungan global juga harus diberikan.
  • Pendidikan Lingkungan Hidup harus menggunakan semua alat bantu mengajar yang modern seperti tapes, slides, posters, excursions, laboratory tests, videos dan lain-lain. (Taubert, 2011)

Selanjutnya untuk mengembangkan bahan ajar secara integratif melalui pembelajaran online, tahapan-tahapan penyusunan model akan merujuk kepada Dabbagh dan Brenda.

C.2 Karakteristik Siswa Sekolah Menengah Pertama
Menurut Price siswa Sekolah Menengah Pertama merupakan kelompok belajar yang saling mempengaruhi/peer influence. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hubungan antara siswa dengan guru yang baik dapat membantu keberhasilan akademis siswa (Bocian, Gresham, & MacMillan, 1997; Mazzocco, Myers, & Tesei, 2001 pada Talley 2009:2).

Lebih lanjut di dalam desertasinya Talley dengan merujuk kepada Patrick and Ryan (2001) yang menyatakan bahwa lingkungan belajar merupakan hal yang paling mempengaruhi keberhasilan siswa untuk seluruh jenjang pendidikan. Bagi siswa SMP, kondisi kelas menjadi penting karena pada masa-masa usia SMP, siswa sedang masuk pada periode identity searching and self-reflection (Goodenow, 1993).

Pada masa ini siswa mengalami penurunan pada minat untuk sekolah, tidak memikirkan pentingnya pendidikan dan lemahnya keinginan untuk berhasil secara akademis (Anderson & Maehr, 1994; Eccles & Midgley, 1989).

Pada masa SMP, siswa juga sangat peduli dengan rekan-rekannya, karenanya belajar kelompok pada masa SMP ini menjadi penting untuk diberikan. Eccles and Midgley (1989 pada Talley 2009) menyatakan bahwa terdapat hubungan antara pertumbuhan masa remaja dengan motivasi belajar siswa. Beberapa penelitian menemukan bahwa semakin besar anak-anak, semakin rendahlah keinginan mereka untuk mendapatkan pendidikan (Brewster & Fager, 2000). Oleh karena itu, perubahan fisik, sosial dan akademis menjadi hal yang penting untuk memahami kemampuan akademis siswa (Mansfield, 2001).

C.3. Prinsip-prinsip Ekologi Dasar
Definisi tentang ekologi (Oekologie) pertama kali diajukan oleh Ernst Haekel pada tahun 1866 sebagai “the science of relations between organisms and their environment” (Bramwell, 1989:40). Orr, dengan menitikberatkan pada sistem pendidikan, mengatakan bahwa “the goal of the revolution in education is the reconnection of young people to their own habitats and communities. The classroom is the ecology of the surrounding community, not the confining four walls of the traditional school” (pada Marisol Mayorga dkk, 2002).

Dari dua pandangan di atas, disebutkan bahwa ekologi merupakan ilmu yang mempelajari hubungan antara makhluk hidup dengan lingkungannya. Di dalam dunia pendidikan, ilmu ini ditujukan untuk membangun siswa yang tidak hanya terbatasi oleh dinding kelas namun siswa dapat belajar banyak dari lingkungan sekitarnya.

Berkaitan dengan prinsip-prinsip ekologi dasar, Orr menyatakan agar siswa mengetahui konsep-konsep berikut: (Orr, 1991 pada EETAP Resource Library Environmental Education and Training Partnership 2002)
• Laws of thermodynamics (Hukum termodinamika)
• Basic principles of ecology (Prinsip-prinsip ekologi dasar)
• Carrying capacity (Daya dukung maksimum)
• Energetics (Energi)
• Least-cost, end-use analysis (analisis biaya rendah, penggunaan akhir)
• How to live well in a place (Hidup harmoni di suatu tempat)
[Pembahasan tersedia pada versi full]
Berdasarkan konsep di atas, sebuah rancangan model disusun dan dimasukkan ke dalam blog sebagai media pembelajaran terintegratif.