Cawan
tidak dianggap pusingpun kupusing
> > kelu rasanya lidahku bicara politik tapi menutup
> > mata seutuhnya pun tidak menyeimbangkan rasa hidupku
> > biar kucicipi sedikit saja
> > konspirasi masyarakat dan propagandist?
> > puaskanlah lagi otakmu
> > karna yang kupunya hanya tanya
> > siapakah yang lebih dungu?
> > masyarakat atau propagandist?
> > kusejalan dengan jawabmu
> > tapi suara sastramu membuatku ingin berkata bahwa
> > masyarakat lebih dungu. kedunguan yang membuat mereka
> > mengarahkan peluru itu ke kepala mereka sendiri, politikus hanya perlu melepaskan pelatuknyasaja.
> > apakah masyarakat telah menyiapkan 1 buah strategi
> > bekal esok hari sebelum mereka terlena dengan
> > lelahnya?
> > strategi yang menjadi perisai jangankan untuk melawan
> > apa yang kau sebut propagandist tapi melawan kebodohan mereka sendiri
> > ada pikiran sederhana yang mencoba menyadarkan kita
> > ketika kita menunjuk dengan 1 jari (pertanyaan
> atau apapun wujudnya) kepada orang lain sadarkah kita 4
> > jari yang lain mengarah kepada kita?
> > lebih dari itu ku tak tau
> >
> > jadi ….
> > cemara dipantai atau nyiur dipegunungan?
> >
> > rasanya aneh tidak menyetujui suatu pengalaman
> > bukankan kita sendiri yang membuat pengalaman itu terjadi?
> > yang kutanya bagaimana kubisa menjadi bijak dengan pengalaman itu?
> >
> > NB:
> > siapakah yang akan memuaskan cawan rinduku?
> >
> > bia